Candi Sewu diperkirakan dibangun pada abad ke-8 hingga ke-9 Masehi selama masa pemerintahan Dinasti Syailendra. Dinasti ini dikenal sebagai penguasa kerajaan-kerajaan Buddha di Jawa Tengah. Candi Sewu tidak dapat dipisahkan dari pengaruh budaya dan agama Buddha yang berkembang pesat pada masa itu. Candi ini pertama kali ditemukan kembali pada awal abad ke-19 oleh pemerintah kolonial Belanda. Namun, restorasi dan penelitian yang lebih mendalam baru dilakukan pada abad ke-20.
Arsitektur dan Struktur
Candi Sewu adalah kompleks candi yang terdiri dari 249 candi kecil dan satu candi utama yang lebih besar. Candi utama yang disebut Candi Sewu atau Candi Utama berfungsi sebagai pusat dari kompleks ini. Candi ini memiliki bentuk yang mirip dengan candi-candi pada umumnya dari periode yang sama, dengan bentuk dasar berbentuk bujur sangkar dan atap yang bertingkat.
- Candi Utama: Berukuran lebih besar dibandingkan candi-candi lainnya dan terletak di tengah-tengah kompleks.
- Candi Kecil: Terdapat 249 candi kecil yang dikelompokkan dalam beberapa barisan. Candi-candi ini umumnya digunakan untuk tempat peribadatan dan pemujaan.
Candi Sewu memiliki beberapa ciri khas arsitektur, termasuk penggunaan relief yang menggambarkan kisah-kisah Buddha serta ornamen-ornamen yang menghiasi bagian dinding dan atap candi.
Relief dan Ikonografi
Relief-relief di Candi Sewu menggambarkan ajaran Buddha, termasuk kehidupan Buddha Gautama dan kisah-kisah dari Jataka (cerita-cerita kehidupan lampau Buddha). Relief ini memberikan wawasan penting tentang pemikiran dan ajaran Buddha yang diterima dan dihormati di Jawa pada masa itu.
Restorasi dan Konservasi
Candi Sewu mengalami kerusakan parah akibat aktivitas vulkanik, cuaca, dan faktor lainnya. Pemerintah Indonesia dan berbagai organisasi konservasi, termasuk UNESCO, telah melakukan upaya restorasi sejak awal abad ke-20 untuk memulihkan candi ke kondisi aslinya. Upaya ini termasuk pemulihan struktur, pembersihan relief, dan pengelolaan lingkungan sekitar.
Pentingnya Candi Sewu
Candi Sewu merupakan situs penting dalam sejarah budaya dan agama Buddha di Indonesia. Kompleks ini tidak hanya memiliki nilai religius, tetapi juga merupakan contoh yang sangat baik dari arsitektur Buddha Jawa kuno. Keberadaan Candi Sewu membantu memahami perkembangan agama Buddha di Indonesia, serta interaksi budaya antara Indonesia dan negara-negara tetangga pada masa lalu.
Referensi :
- M. J. De Graaf. "De Sailendra's en de Boeddhistische Kunst in Java." In Tijdschrift voor Indische Taal-, Land- en Volkenkunde, 1901.
- S. K. Poesponegoro. Sejarah Nasional Indonesia Jilid I. Jakarta: Balai Pustaka, 1984.
- Sutikno. Candi Sewu, Monumen Agama Buddha di Jawa Tengah. Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2007
- Tim Penulis Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Yogyakarta. Candi Sewu, Candi Utama dan Candi-Candi Kecilnya. Yogyakarta: Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Yogyakarta, 2010.
- Soekmono, R. Candi-Candi di Indonesia. Jakarta: Djambatan, 1973.