Sejarah Makam Jerman di Megamendung, Bogor


Makam Jerman di Megamendung, Bogor, adalah sebuah situs pemakaman yang memiliki sejarah penting yang berkaitan dengan masa Perang Dunia II. Pemakaman ini terletak di kawasan Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Indonesia. Berikut adalah penjelasan sejarah lengkap mengenai makam ini.

Latar Belakang Sejarah


Simbol Salib Besi Jerman

Pada masa Perang Dunia II, Indonesia (saat itu Hindia Belanda) merupakan wilayah yang strategis karena kekayaan sumber daya alamnya. Ketika Jepang menyerang dan menduduki Hindia Belanda pada tahun 1942, banyak warga negara asing, termasuk Jerman, yang tinggal di wilayah tersebut.

Jerman dan Jepang adalah sekutu dalam Blok Poros, namun hubungan antara Nazi Jerman dan pemerintah kolonial Belanda yang dikuasai oleh Sekutu cukup rumit. Warga Jerman di Hindia Belanda sering kali ditangkap oleh pemerintah kolonial Belanda karena dicurigai sebagai mata-mata atau kolaborator Nazi. Setelah Jepang menduduki Hindia Belanda, banyak dari mereka dibebaskan.

Bentuk Nisan Makam Jerman

Foto Nisan Makam Jerman berbentuk Salib Besi

Foto kondisi sekarang

Foto kondisi sekarang

Foto kondisi Sekarang

     Jalan menuju makam ini sangat sulit dan sempit. Kompleks ini memiliki dengan sepuluh makam tentara Jerman dengan nisan berbentuk salib besi (Eisernes Kreuz) berwarna putih salju. Delapan nisan masih dikenal namanya, sementara dua lagi sudah tidak dapat dikenali dan tidak bernama. Dari batu-batu nisan ini dapat diketahui bahwa para tentara Jerman yang dimakamkan di situ meninggal dunia pada 1945. Bentuk salib nisannya menyerupai tanda tambah dan sangat besar dan berbeda dengan salib Belanda. Kompleks pekuburan kecil ini dinaungi sebuah pohon besar yang tinggi dan sangat rindang.

Para prajurit yang dikuburkan di situ adalah para pelaut muda pada masa Perang Dunia II yang datang ke Jawa dengan menggunakan kapal selam (U-Boat).

Pendirian Makam

Tanah tempat dibangunnya makam tentara Jerman ini mulanya adalah milik dua orang Jerman bersaudara, yaitu Emil dan Theodor Hellferich. Mereka membeli tanah seluas 900 hektare di situ dan kemudian dan membangun pabrik dengan keuntungan dari perkebunan teh. Pabrik teh yang dibangun di sini dilengkapi dengan kabel pengangkut untuk membawa daun teh dari perkebunan ke pabrik.

Membangun Tugu Makam

Kakak tertua dari dua bersaudara ini adalah Karl Helfferich, yaitu mantan wakil perdana menteri di bawah Kekaisaran Jerman-Austria. Karena itulah kedua orang saudaranya kemudian membangun sebuah monumen untuk memperingati Deutsch-Östasiatisches Geschwader (Armada Jerman Asia Tenggara) yang dipimpin oleh Admiral Graf Spee yang ditenggelamkan oleh tentara Britania. Di monumen tersebut ditulis kata-kata dalam bahasa Jerman yang berbunyi: "Untuk para awak Armada Jerman Asia Tenggara yang pemberani 1914. Dibangun oleh Emil dan Theodor Helfferich." Sebagai penghargaan pada agama tua yang telah ada di Jawa, mereka juga membangun patung Buddha dan Ganesha di kedua sisi monumen itu.

Pada 1928, Helfferich bersaudara kembali ke Jerman. Mereka menyerahkan kepercayaan pengelolaan perkebunan teh itu kepada Albert Vehring dari Bielefeld. Vehring telah banyak berpengalaman dalam mengelola perkebunan teh di Nugini.

Ketika Jerman menginvasi Belanda pada 1939, pemerintah Belanda menangkapi orang-orang Jerman yang ada di Indonesia, termasuk Albert Vehring. Perkebunan Helfferich pun diambil alih oleh Belanda. Di kemudian hari, setelah invasi Jepang ke Indonesia, Vehring berhasil bebas dan pemerintah Jerman memproklamasikan berdirinya Republik Nias. Fischer, Komisaris perusahaan Bosch, diangkat menjadi perdana menteri, sedangkan Albert Vehring menjadi menteri luar negeri.

Orang-orang yang Dimakamkan

  1. Letnan Friederich Steinfeld, meninggal karena disentri dalam tawanan pasukan sekutu
  2. Letnan Satu Laut Willi Schlummer dan
  3. Letnan Insinyur Wilhelm Jens, keduanya gugur di tangan pejuang kemerdekaan Indonesia pada 1945 karena disangka tentara Belanda
  4. Letnan Laut W Martens, terbunuh dalam perjalanan kereta api Jakarta-Bogor
  5. Kopral Satu Willi Petschow, meninggal karena sakit di perkebunan teh mereka
  6. Letnan Kapten Herman Tangermann meninggal karena kecelakaan
  7. Dr Heinz Haake
  8. Eduard Onnen
  9. Unbekannt (tanpa nama)
  10. Unbekannt (tanpa nama)

Pemeliharaan

Taman makam pahlawan Jerman ini dipelihara oleh Organisasi Perawatan Taman Makam Pahlawan Jerman. Karena peraturan pemerintah Indonesia, tanah Arca Domas ini tidak dapat dibeli oleh pemerintah Jerman.

Setiap tahun pada Hari Pahlawan, sejumlah kecil orang Jerman datang ke taman ini untuk mengadakan upacara kebaktian guna memperingati perdamaian dan para korban perang.