Mausoleum van Motman, terletak di Kampung Pilar, Desa Sibanteng, Kecamatan Leuwisadeng, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, merupakan salah satu situs sejarah peninggalan kolonial Belanda yang penting di Indonesia. Bangunan ini dibangun oleh Pieter Reiner van Motman pada tahun 1850 untuk memakamkan anggota keluarga besar van Motman, yang terkenal sebagai tuan tanah kaya di Buitenzorg (nama lama Bogor).
![]() |
Foto Gerrit Willem Casimir van Motman |
Gerrit Willem Casimir (GWC) van Motman (lahir pada tahun 1773), pendiri keluarga besar Van Motman di Hindia Belanda, datang ke wilayah ini pada akhir abad ke-18 dan menjadi pemilik tanah yang sangat luas, mencapai 117.000 hektar di sekitar Buitenzorg (sekarang Bogor). Dia memiliki berbagai perkebunan seperti teh, kopi, karet, kina, dan tebu di berbagai wilayah termasuk Dramaga, Cikoleang, Jasinga, dan daerah lainnya, Tuan Gerrit menikah dengan seorang wanita Belanda bernama Reinara Jacoba Bangeman (1775 - 1860), memiliki 13 anak, dan hanya 5 anak yang berhasil bertahan hidup hingga dewasa yaitu :
- Willem Reinier van Motman (1802 - 1848)
- Frederik Hendrik Constant van Motman (1809 - 1880)
- Jacob Gerrit Theodoor van Motman (1816 – 1890)
- Jan Casimir Theodorus van Motman (1819 - 1865)
- Pieter Cornelis van Motman (1820 - 1902) seorang pria Belanda mualaf yang menikahi warga lokal dan berganti nama menjadi Ibrahim van Motman
![]() |
Foto Frederik Hendrik Constant van Motman (1809 - 1880) |
![]() |
Foto Jacob Gerrit Theodoor van Motman (1816 – 1890) |
![]() |
Foto Jan Casimir Theodorus van Motman (1819 - 1865) |
![]() |
Foto Pieter Cornelis van Motman (1820 - 1902) |
Pada 1790, Tuan Gerrit bergabung dengan VOC di Hindia Belanda (Indonesia), setelah anggota keluarganya banyak yang meninggal akibat Tuberkulosis. Tuan Gerrit menjadi administrator gudang VOC hingga VOC bangkrut pada 1799. Di Dramaga, keluarga Van Motman hidup hingga lima generasi (1813-1958) dan selama itu pula keluarganya mengelola lima perkebunan besar di wilayah sekitar Jakarta-Bogor. Tuan Gerrit sendiri meninggal pada tahun 1821 dalam usia 48 tahun
Arsitektur dan DesainMausoleum ini meniru arsitektur Katedral Santo Petrus di Roma, Italia, dengan denah berbentuk salib. Bangunannya memiliki tiga bagian utama: dasar, badan, dan kepala. Bagian dasarnya berbentuk segi empat berpelipit, makin ke atas makin mengecil. Bagian badan memiliki ceruk berbentuk persegi panjang dengan ornamen pelengkung, sedangkan bagian atasnya memiliki ornamen berbentuk pelengkung dalam segitiga, sehingga menyerupai mahkota.
![]() |
Foto kondisi Sekarang |
![]() |
Foto zaman kolonial Belanda |
![]() |
Foto kondisi sekarang |
Bagian dalam mausoleum ini dihiasi dengan plester yang dicat hitam di bagian bawah dan putih di bagian atas, dipisahkan oleh ornamen geometris bergaya Art Nouveau. Terdapat juga ruangan yang tersekat secara horizontal di bagian sayap barat dan timur.
Fungsi dan PenggunaanKompleks ini digunakan pertama kali pada 18 Desember 1811 ketika Gerrit Willem Casimir van Motman memakamkan putrinya, Maria Henrietta van Motman. Hingga kini, terdapat 37 makam anggota keluarga van Motman di kompleks ini, termasuk Gerrit Willem Casimir van Motman yang merupakan salah satu orang terkaya di Jawa Barat pada masanya.
Pada masa pendudukan Jepang di Indonesia tahun 1942, mausoleum ini sempat dirusak, termasuk bangunan tempat penyimpanan mumi. Saat ini, hanya tersisa 12 dari 33 pilar asli. Beberapa bagian bangunan juga mengalami kerusakan akibat penjarahan oleh penduduk setempat setelah kemerdekaan.
Pentingnya PelestarianMausoleum van Motman tidak hanya merupakan situs sejarah penting yang menggambarkan kehidupan elit kolonial di masa lalu, tetapi juga simbol arsitektur klasik yang perlu dilestarikan. Saat ini, berbagai upaya telah dilakukan oleh masyarakat setempat untuk menjaga dan merawat situs ini agar tetap dapat dikunjungi dan dipelajari oleh generasi mendatang.
Mausoleum ini adalah saksi bisu perjalanan sejarah dan kehidupan kolonial di Indonesia, serta menyimpan cerita tentang keluarga van Motman yang pernah berjaya di Buitenzorg. Sebagai bagian dari warisan budaya, pelestarian dan pemeliharaan situs ini sangat penting untuk menghormati sejarah dan mengedukasi publik mengenai masa lalu yang kaya akan cerita dan nilai-nilai sejarah.