![]() |
Bendera Kesultanan Aceh |
Pada tahun 1511 pelabuhan Malaka berhasil dikuasai oleh Portugis. Hal itu berdampak kepada jalur perdagangan internasional. Pada pedagang Islam tidak mau mengakui kekuasaan Portugis di Selat Malaka. Oleh sebab itu, para pedagang Islam mencari pelabuhan-pelabuhan baru di Nusantara. Kesempatan tersebut dimanfaatkan oleh Kerajaan Aceh untuk membuat bandar-bandar pelabuhan di sekitar Selat Malaka
Pada tahun 1520 Kerajaan Aceh berhasil meluaskan kekuasaannya dengan menguasai Kerajaan Daya. Pada tahun 1524 giliran Kerajaan Pedir dan Samudra Pasai berhasil dikuasai. Penguasaan ketiga kerajaan tersebut membuat Aceh menjadi kerajaan besar di ujung utara pulau Sumatra. Adapun yang menyebabkan Kerajaan Aceh menjadi kerajaan besar, antara lain sebagai berikut :
- Letaknya sangat strategis di tepi Selat Malaka.
- Jatuhnya Malaka ke tangan Portugis.
- Runtuhnya Kerajaan Samudra Pasai
- Hasil alam yang sangat melimpah, seperti emas, lada, dan timah.
Kehidupan sosial budaya dalam masyarakat Aceh terdapat 2 kelompok sosial yang saling berebut pengaruh, yakni golongan Teuku dan golongan Teuku. Golongan Teuku adalah kaum bangsawan yang memegang kekuasaan sipil, sedangkan golongan Tengku adalah kaum ulama yang memegang peranan penting dalam bidang sosial keagamaan.
Perekonomian Kerajaan Aceh berupa berdagang. Di pantai barat dan timur Sumatra banyak menghasilkan lada, sedangkan di semenanjung Malaka banyak menghasilkan emas dan timah. Hasil bumi yang kaya merupakan bahan ekspor penting bagi Kerajaan Aceh. Pada kerajaan Aceh menganut agama Islam. Terdapat 2 aliran agama Islam yakni aliran Syiah dan Sunni (Ahlussunnah Wal Jamaah). Pada masa sultan Iskandar Muda, aliran Syiah berkembang pesat. Setelah Sultan Iskandar Muda meninggal, aliran Sunni (Ahlussunnah Wal Jamaah) mulai berkembang pesat. Peninggalan-peninggalan yang berupa bangunan dari Kerajaan Aceh yang masih berdiri kukuh adalah Masjid Baiturrahman.