![]() |
Bendera Republik Lanfang |
![]() |
Lambang Republik Lanfang |
- Latar Belakang Berdirinya Republik Lanfang
- Pendiri dan Pembentukan Republik
- Struktur Pemerintahan dan Ekonomi
- Hubungan dengan Kekuasaan Lokal dan Kolonial Belanda
- Masa Kejayaan dan Tantangan
- Runtuhnya Republik Lanfang
- Luo Fangbo (1777 - 1795)
- Jiang Wubo (1795 – 1799)
- Yan Sibo (1799 – 1804)
- Jiang Wubo (1804 – 1811)
- Song Chabo (1811 – 1823)
- Liu Taiji (1823 – 1838)
- Gu Liubo (1838 – 1842)
- Xie Guifang (1842 – 1843)
- Ye Tenghui (1843 – 1845)
- Liu Ganxing (1845 – 1848)
- Liu Asheng (1848 – 1876)
- Liu Liang (1876 – 1880)
- Liu Asheng (1880 – 1884)
Republik Lanfang adalah sebuah negara republik pertama di Asia yang didirikan oleh komunitas Tionghoa di Kalimantan Barat pada akhir abad ke-18. Republik ini didirikan oleh seorang imigran Tionghoa bernama Luo Fangbo (Lo Fang Pak), yang berasal dari Guangdong, Tiongkok. Pada akhir abad ke-18, banyak imigran Tionghoa datang ke Kalimantan untuk bekerja sebagai penambang emas dan berpartisipasi dalam kegiatan ekonomi lainnya. Kondisi ini menciptakan peluang untuk terbentuknya komunitas-komunitas yang memiliki organisasi dan pemerintahan sendiri.
Republik Lanfang didirikan pada tahun 1777 oleh Luo Fangbo, seorang pemimpin komunitas Hakka. Luo Fangbo menyatukan kelompok-kelompok pertambangan Tionghoa yang tersebar di wilayah Kalimantan Barat, terutama di sekitar wilayah Mandor. Melalui persatuan ini, Luo Fangbo berhasil membentuk sebuah sistem pemerintahan yang mandiri, memadukan adat istiadat Tionghoa dengan hukum setempat. Republik Lanfang bertujuan untuk melindungi hak-hak penambang Tionghoa dari ancaman internal seperti perselisihan antar-geng, dan ancaman eksternal seperti konflik dengan suku Dayak serta kekuatan kolonial Belanda.
Lanfang mengadopsi struktur pemerintahan berbentuk republik dengan pemilihan presiden sebagai kepala negara yang memimpin dewan pemerintahan. Sistem ini berbeda dengan sistem kerajaan yang umum di wilayah Asia Tenggara pada waktu itu. Ekonomi Lanfang berfokus pada pertambangan emas, perdagangan, dan pertanian. Sistem perbankan sederhana juga mulai berkembang untuk mendukung aktivitas ekonomi ini.
Lanfang memiliki hubungan yang kompleks dengan kekuasaan lokal, seperti Kesultanan Pontianak, serta dengan penjajah Belanda. Republik ini berusaha menjaga hubungan diplomatik dengan Belanda, meskipun sering terjadi ketegangan akibat kepentingan ekonomi dan politik. Belanda berusaha untuk mengendalikan pertambangan emas yang merupakan sumber pendapatan utama bagi Lanfang.
Pada masa kejayaannya, Lanfang berhasil menguasai beberapa wilayah pertambangan emas dan membangun komunitas yang sejahtera. Namun, ancaman dari Belanda yang semakin agresif di abad ke-19 menjadi tantangan terbesar. Ketegangan dengan suku lokal juga menambah kompleksitas situasi politik di wilayah tersebut.
Pada tahun 1884, Republik Lanfang runtuh akibat tekanan militer dari pemerintah kolonial Belanda yang ingin menguasai tambang emas di wilayah Lanfang. Belanda melancarkan serangan dan akhirnya berhasil merebut wilayah Lanfang, mengakhiri keberadaan republik tersebut. Setelah kejatuhannya, banyak orang Tionghoa Lanfang yang melarikan diri, sebagian kembali ke Tiongkok, sementara yang lain menyebar ke wilayah Asia Tenggara.
Daftar Presiden Republik Lanfang :